BARU-BARU ini badan antariksa Amerika Serikat (NASA) merilis salah satu hasil bidikan terbarunya untuk pusat orbit bumi yang tak lain matahari. Menurut pihak NASA tidak mudah mengabadikan objek seperti matahari dengan karakternya. Tapi karena itu pula mereka selalu merasa tertantang untuk menemukan sudut dan aspek terbaik dari "bola panas" dengan semua mitosnya ini.
Sebagai pusat orbit sepertinya memang tidak ada objek angkasa yang paling banyak dikelilingi mitos seperti halnya matahari. Mulai dari simbol, kepercayaan hingga yang lainnya di berbagai belahan dunia. Mesir salah satunya.
Masyarakat Mesir kuno mempercayai dewa matahari Ra atau Re. Ia juga diyakini sebagai dewa yang lebih senang menggunakan kapal daripada kereta perang dan terlahir kembali setiap hari. Bagaimana dengan mitos di negara lainnya? Berikut di antaranya.
Yunani
Dalam legenda kuno Negeri Para Dewa ini, bumi diterangi oleh Apollo, putra penguasa Olympus, Zeus. Dengan kereta perangnya yang ditarik kuda-kuda terbaik setiap hari Apollo menjelajah langit untuk menyebarkan cahaya. Digambarkan sebagai sosok dewa yang bercahaya Apollo tidak hanya merepresentasikan matahari. Ia juga "menerangi" hal lainnya seperti musik dan aliran pemikiran yang mengutamakan kelogisan.
Dalam bukunya The Birth of Tragedy pada abad ke-19 filsuf Jerman Friedrich Nietzsche bahkan memaparkan istilah yang disebutnya sebagai Apollonian tendency. Suatu dorongan yang menggiring seseorang pada kedisiplinan dan tatanan pada tingkat yang irasional, juga impuls fatal yang turut mewarnai ekspresi dan tindakan manusia.
Cina
Menurut mitologi Negeri Tirai Bambu pada suatu ketika semesta memiliki tidak hanya satu tapi sepuluh matahari. Bola-bola panas yang diyakini sebagai anak-anak dari Dewi Xihe ini bergerak di semesta sesuka hati sendiri-sendiri hingga pada suatu hari mereka sepakat muncul di langit pada waktu yang sama. Akibatnya bumi terasa sangat panas hingga ayah mereka, Dewa Dijun marah.
Ia menganggap kelakukan anak-anaknya itu keterlaluan. Tapi mereka tak mendengar peringatan sang ayah. Akhirnya Dijun memerintahkan seorang pemanah andalannya, Yi untuk mengarahkan busurnya anak-anaknya yang membangkang itu. Yi melakukan perintah sang dewa. Ia membunuh sembilan dari mereka hingga hanya satu matahari yang tersisa.
Skandinavia
Salah satu sosok yang berkenaan dengan matahari dalam mitologi di negeri Skandinavia adalah Freyr. Sosok berkuasa yang juga diyakini membawa kedamaian ini bertugas untuk mengatur kesuburan, hujan, dan matahari. Menurut legenda dengan menunggangi babi hutan bernama Gullinbursti, ia biasa melintasi langit dan lautan. Tapi jika merasa bosan Freyr pun mengendarai Skioblonair, kapal terbaik di Skandinavia. Setelah itu ia akan kembali melipat kapal kesayangannya itu dan menyimpannya di dalam saku! Benin
Suku Fon dari Benin dan Suku We yang kini tersebar di sejumlah negara seperti Ghana, Benin, dan Togo percaya bahwa dewa matahari dan dewa bulan adalah saudara kembar dengan roh yang sama.
Kedua dewa kembar tersebut, Lisa (dewa matahari) dan Mawu (dewa bulan) juga diyakini sebagai pencipta semesta. Jika Mawu mewakili sifat keibuan dan kesuburan maka kembarannya Lisa merepresentasikan semangat, kerja keras, dan kekuatan.
Alaska
Suku Inuit, sebuah kelompok masyarakat tradisional yang tinggal di wilayah Alaska, Greenland, dan Arctic mengenal keberadaan matahari dan bulan melalui legenda tentang dewa bulan Anningan dan saudaranya dewi matahari Malina. Cerita pun berlanjut. Keduanya hidup bersama dan seperti halnya kakak beradik mereka pun suatu hari terlibat pertengkaran. Malina pun pergi. Sang kakak Anningan kemudian mencarinya
Ada beberapa versi mengenai sebab keributan kedua dewa ini, juga apakah Anningan mengikuti jejak sang adik untuk meminta maaf atau sebaliknya, masih ingin meneruskan pertengkaran. Tapi karena terus melakukan pengejaran, Anningan mulai menolak makan. Karena itu berat badannya semakin berkurang.
Inilah menurut orang-orang Inuit mengapa rembulan sedikit demi sedikit tampak tak lagi bulat sempurna setiap bulannya. (mia fahrani/"GM"/net/bersambung)** | | |
0 komentar:
Posting Komentar